UPGRADING PENGASUH PESANTREN
“Upgrading diadakan untuk
peningkatan mutu pelayanan”, Mudir Transisional Pesantren Persatuan Islam
Bangil.
|
Inspirasi: Para pengasuh siap meningkatkan kualitas pembimbingan dan pendidikan dengan senantias belajar dan belajar |
Para pengasuh di Pesantren Persis
Bangil Senin (12/11/2012) dikumpulkan di perpustakaan pesantren putri untuk
mengikuti upgrading. Program upgrading ini mendesak untuk dilakukan karena
pesantren dituntut membuat gebrakan yang langsung dirasakan santri. “Acara ini
dilakukan agar pelayanan kepada santri semakin lebih baik”, papar Ustadz
Supriyadi, M. Pd. I. Dalam sambutan pembukaan acara pria asli Blitar ini menyatakan
bahwa persoalan kedekatan dengan santri amat penting. Karena dengan kedekatan
itu terjalin komunikasi yang baik. Mereka nyaman dengan perhatian yang dihadirkan
segenap pengasuh.
|
Keteduhan: Tulus itu profesional |
Mudir pesantren Ustadz Luthfie
Abdullah Ismail, Lc, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada segenap
pengasuh yang senantiasa menjalankan amanahnya dengan sebaik-baiknya. Terhadap
acara upgrading alumnus Institut Da’wah Tripoli, Libya mengharapkan para
pengasuh mampu mengambil manfaat sebanyak-banyaknya.
Upgrading semacam ini merupakan
salah satu kegiatan yang sudah direncanakan Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia
yang disingkat PSDM. Sebelumnya, pada bulan Oktober 2012 juga dilakukan
pelatihan aplikasi power point untuk semua guru. Tentunya dimaksudkan agar
media pembelajaran semakin variatif. Guru bisa melakukan inovasi dan kreasi
dalam penyajian materi agar semakin interaktif dan menyenangkan.
|
Komunikatif: Miftahul Jinan |
Hadir sebagai nara sumber upgrading
ini adalah Ustadz Miftahul Jinan, seorang praktisi parenting. Pria asli
Ponorogo ini menyajikan nilai keunggulan seorang guru pesantren. Dia
mengkisahkan sikap ketulusan guru saat ini boleh jadi akan menjadi cikal bakal
kesuksesan 30 tahun mendatang bagi para santrinya. “Ini yang disebut
butterfly
effect”, ungkapnya.
Seorang ayah yang lama berpisah
dengan putrinya karena dinas luar negeri terheran-heran dengan perilaku anak
gadisnya. Sebutlah Mutia, ia selalu berwudhu sebelum tidur. Ayahnya kemudian
bertanya, sejak kapan ia melakukannya? “Mutia melakukan ini sejak kelas V”,
jawabnya. Padahal saat ini ia sudah duduk di bangku kelas XI. Menurutnya, ia
belajar dari guru agama, namanya Pak Bambang. Ia menjelaskan bahwa manfaat
berwudhu sebelum tidur maka sepanjang tidurnya ia tidak akan diganggu setan.
Sejak itulah ia terus istiqamah melaksanakannya.
Inilah efek kepakan sayap
kupu-kupu. Pak Bambang, mungkin hanya sekali menjelaskannya. Dan itu sangat
singkat. Namun ketulusannya benar-benar mengantarkan salah seorang muridnya
istiqamah menjalankan pengajarannya. Tidakkah ini sebuah pengaruh yang luar
biasa. Tidakkah ini menjadi amal jariyah Pak Bambang. Inilah sentilan bagi guru
pesantren. “Jaga ketulusan dalam membina dan mengasuh santri”, pesan Ustadz
Jinan sapaan karibnya.
Dalam paparannya mengenai
kepengasuhan santri beliau sangat menekankan pentingnya kehadiran pengasuh di
tengah-tengah mereka. Komunikasi mata, verbal, maupun sentuhan di pundak
membantu membangun kedekatan dengan para santri. Dan pada saatnya sosok
pengasuh mampu mempengaruhi lingkungan santri lebih teratur, tertib, rapi, dan
terawat. “Karena itu dibutuhkan komitmen yang tinggi untuk perubahan pesantren
yang lebih baik”, jelasnya.
|
Inspirasi: Responsibilitas tinggi |
Ustadz Jinan yang aktif di Griya
Parenting menambahkan sejumlah poin agar segenap pengasuh benar-benar
profesional. Sebagai bentuk komitmen menjadi tenaga pengasuh yang berkualitas
harus menjaga kedisiplinannya. Disiplin menjadi watak perilaku sehari-hari.
Karena ia akan dicontoh.
Tentang kedisiplinan ada kepala
sekolah yang sengaja terlambat. Padahal aturan disekolah itu jika ada yang
terlambat wajib dihukum berlari dari gerbang sampai tempat parkir yang berjarak
150 meter. Aturan itu diberlakukan untuk semua siswa, pendidik, dan juga tenaga
kependidikan. Dan saat kepala sekolah itu benar-benar menjalani hukuman lari,
semua hening memperhatikannya. Di titik inilah sikapnya mewakili kata-kata
“Aturan harus ditegakkan untuk semua, tidak pandang jabatan”. (Humas Pesantren
Persis Bangil)