Kamis, 08 Maret 2012

KILAS BALIK SEJARAH

NGOBROL BARENG USTADZ ALIGA RAMLI, Lc

Lahir di sebuah pulau kecil gugusan kepulauan Madura, Aliga Ramli mengenyam bangku sekolah hingga Pendidikan Guru Agama (PGA). Usai dari PGA, Aliga muda melanjutkan belajarnya di Pesantren Persatuan Islam (Persis) Bangil. Pada tahun 1962 tas kopernya sudah mengisi ruang kamar asrama. Aliga muda menduga bahwa dirinya santri tertua, tapi setelah berada di asrama, "Ternyata ada yang lebih tua dari saya", ungkapnya.

Ustadz Aliga Ramli, Lc
"Pada saat di pesantren, (hampir) semua materi disampaikan Ustadz Abdul Qadir. Tafsir, fiqh, Ushul Fiqh, Mushthalah", kenangnya. Sementara itu untuk materi Falaq, Arudh, Faraidl diajarkan oleh Ustadz Arkat. Pada masa itu masih menganut sistem angkatan, belum klasikal.

Ada hal menarik yang patut dijadikan catatan buat generasi penerus. Lantaran tidak ada ruang istirahat untuk guru, Ustadz Abdul Qadir Hassan tetap berada di kelas pada jam istirahat. Sejurus dengan itu santri-santri berkumpul mendekatinya. Komunikasi antara murid dan guru begitu hangat. "Tidak hanya bertanya, santri pinjam uang pun di situ", kata Ustadz yang saat ini tinggal di Perumahan Puri Kartika Candra Sidoarjo. Rumahnya yang di kawasan Mindi, Porong terkena imbas luapan lumpur panas.

Ustadz yang baru di tahun 2011 lalu dipanggil kakek ini sekarang mengampu mata pelajaran tafsir. Ilmunya yang luas menjadikan kiprah ilmiahnya dijadikan rujukan. Beliau juga tercatat aktif di Majelis Tarjih Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Pengajiannya di sejumlah tempat juga masih rutin beliau bina. Semoga ilmunya mengalirkan semangat jihad di jiwa ummat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.