SEJARAH PESANTREN PERSIS BANGIL
Supaja ‘umum mengetahui tentang kedudukan PESANTREN “Persatuan Islam”, baiklah kami bentangkan sedikit riwajatnja dalam melalui beberapa rupa dan shifat masa.
PESANTREN PUTERA DI BANDUNG
PESANTREN tersebut didirikan mula2 di Bandung atas desakan beberapa pemimpin dan ummat Islam, pada bulan 1 Dzulhidjdjah 1354 (Maret 1936), bertempat di Masdjid “Persatuan Islam” Djl Pangeran Sumedang.
Pengurus2 dan guru-gurunja terdiri dari beberapa saudara yang ditaqdirkan Allah mesti berlaku “Lillah”.
Diantaranja : Al-Ustadz A. HASSAN sebagai kepala dan guru PESANTREN, dan sdr. Moh. NATSIR sebagai penasehat dan guru.
Tudjuan mendirikan PESANTREN itu ialah akan mengeluarkan muballighien jang sanggup menjiarkan, mengadjar, membela, dan mempertahankan Agama mereka, agama Islam, dimana sadja mereka berada.
Peladjarannja, selain dari ‘ilmu-‘ilmu Agama, diadjarkan djuga ‘ilmu umum, seperti ‘ilmu pendidikan oleh sdr. M. Natsir dan technik oleh sdr. R. Abdulkadir (keluaran Sekolah Technik Bandung).
Peladjar-peladjar diketika itu ada kl. 40 orang, dari beberapa daerah kepulauan Indonesia jg kebanjakannya dari luar tanah Djawa.
Diantara 40 peladjar ini, ketika di Bandung djuga sebahagiannya telah dapat meninggalkan PESANTREN sebagai muballighien.
PESANTREN KETJIL
Disamping PESANTREN untuk pemuda-pemuda tadi, kami adakan pula waktu sore Pesantren untuk kanak-kanak dengan nama PESANTREN KETJIL.
Murid-muridnja kl. ada 100 anak, laki-laki dan perempuan.
Peladjaran-peladjarannja disesuaikan dengan kepatutan dan kebutuhan anak-anak itu.
---o0o---
Sesudah PESANTREN berdjalan kurang lebih tiga setengah tahun lalu sebahagian besar dari pengurus2 dan guru2-nja terpaksa meninggalkan Bandung, pindah ke Bangil; diantaranja Al-Ustadz A. Hassan dan Moh. Ali Al-Hamidy, seorang chat-chat yang terkenal.
PESANTREN PUTERA DI BANGIL
PESANTREN dipindahkan di Bangil dalam permulaan bulan Maret 1940.
Murid-murid jang belum mendapat peladjaran jang agak tjukup waktu di Bandung dibawa ke Bangil, untuk ditammatkan beberapa peladjaran lagi.
Ketika itu tinggal kl. 25 orang murid. Di Bangil mendapat tambahan beberapa murid dari berbagai-bagai daerah Indonesia.
PESANTREN PUTERI
Setelah PESANTREN Putera tersebut berdjalan hampir setahun, lalu pada bulan Pebruari 1941 dapat kami membuka Pesantren bahagian Isteri, dengan kl. 12 murid jang hampir semua dari luar Bangil.
Kedua-dua bahagian Pesantren tadi berdjalan dengan baik dan menjenangkan.
Tiba-tiba dalam bln Desember 1941 petjah perang Djepang, jg menjebabkan peladjar2 dari djauh2 gelisah, lalu masing2 pulang ketempat kediaman mereka.
PESANTREN dimasa PENDUDUKAN DJEPANG
Diketika Djepang masuk pulau Djawa th. 1942 peladjar2 jang tidak sempat pulang, tinggal beberapa peladjar laki-laki.
Sungguhpun demikian, 90 persen dari peladjar-peladjar Pesantren Putera sekarang, telah menjadi orang-orang jang sesuai dengan tudjuan PESANTREN.
Sementara itu dapat djuga kami mengadakan Pesantren untuk kanak2, dengan tudjuan mendjaga supaja anak-anak kita tidak terseret kepada pengaruh2 lain.
Pesantren ini kami namakan PESANTREN KETJIL (seperti di Bandung tadi), dibawah asuhan peladjar2 PESANTREN jang tidak sempat pulang tersebut.
Setelah Pesantren Ketjil ini berdjalan beberapa lama, berhubung dengan kesulitan2 jang lazim terdapat dimasa pendudukan Djepang itu, maka terpaksa pula Pesantren Ketjil ini kami tutup.
PESANTREN dizaman REVOLUSI INDOENSIA
Dimasa ini (th. 1945) sampai tahun 1950, belum ada kesempatan dan niatan akan menghidupkan kembali PESANTREN jang mula-mula mendjadi tjita-tjita kami, karena kesibukan jg sama-sama kita alami dan terputusnja perhubungan dengan beberapa daerah Indonesia.
PESANTREN DALAM TAHUN 1950
Diachir-achir th. 1950 (Oktober), sesudah keadaan dan suasana agak menjenangkan, atas permintaan banjak ibu-bapak murid-murid, PESANTREN dibuka kembali dengan shifat jang agak lebih luas dari jg sudah.
Andjuran ini menjadi perhatian kawan-kawan di Bangil, lalu diadakan panitia ketjil terdiri dua tiga saudara untuk menjelenggarakannja.
PESANTREN DALAM TAHUN 1951
Pada tgl. 11 Djuni 1951 terbentuklah satu Panitia Besar untuk menjelenggarakannja, terdiri dari saudara-saudara:
Penasehat2 :
1. Moh. Natsir
2. Muhammad bin Salim Nabhan
3. A. Hassan
Ket. umum : Abdullah Nabhan
Wk. ketua : Ahmad Bauzir
Penulis : Hadikaslar
Bendahara : Moh. bin Salim Nabhan
Pembantu-pembantu :
‘Abdurrahman Al-Habsji, Muljosudarno, Abdul Mu’in, H. M. Qamar, A. Badjuri, Nuruddin Karim,
Abdul kadir Hassan, H. Ismail, dan A. Karim Attamimi.
Dari pembantu-pembantu ini diadakan dua bahagian : keuangan dan pengadjaran.
Setelah itu panitia mengambil keputusan2 sbb:
- PESANTREN PUTERA dibuka kembali pada 1 Muharram 1371 (3 Oktober 1951).
- Tudjuan PESANTREN tetap sebagaimana semula, dg ketegasan akan mengeluarkan tjalon2 ‘ulama’.
- Peladjaran-peladjarannja ialah agama Islam dan pegnetahuan ‘umum jang perlu-perlu, jaitu:Agama : Nahwu, Sharaf, Muhadatsah, Insja’ Balaghah, Bajan, Badie’, Ma’anie, Tafsier, dan ‘ilmunja, Mengadji dan Tadjwidnja, Figh, Ushul Figih, Fara-idl, Hadiets, Ilmu Hadiets, ‘Ilmu Manthiq, Achlaq, Tariech Islam, Tauhied, ‘Ilmu ‘Arudl. Umum : Sedjarah Indonesia, ‘Ilmu ‘alam, ‘Ilmu hitungan, ‘Ilmu bumi, Kesehatan, Tatanegara, Pendidikan dan ‘Ilmu mengadjar, Pengenalan kepada beberapa agama, ‘Ilmu hajat, Cosmografi. (Peladjaran2 ini diberikan ditahun2 jang penghabisan jg perlu-perlu dari bermatjam-matjam ‘ilmu ‘umum itu). Bahasa : Indonesia, ‘arab dan Inggeris. Pengantarnja : dengan bahasa Indoensia.
- Lama peladjaran ditetapkan selama 5 th untuk satu angkatan.
- Peladjar2 diambil dari bagian seluruh Indonesia sebanjak 50 murid untuk satu kelas.
- Sjarat-sjarat peladjar jang akan diterima: a. Muslim, berusia sedikitnja 18 tahun. b. tidak berpenjakit menular. c. pandai membatja dan menulis b. ‘Arab dan b. Latin. d. wadjib tinggal dalam asrama (pondokan). e. sanggup beladjar dg. sungguh2 selama 5 th. tsb., f. harus membuat riwajat pendidikan sbb: 1. nama, 2. umur, 3. tempat tinggal, 4. wali/jang menanggung, 5. pendidikan (sekolah, madrasah dsb).
- Pendaftaran diterima mulai 10 Agustus 1951 sampai pertengahan September 1951.
- Tiap-tiap jg telah mendaftarkan dirinja menurut sjarat2 tersebut tadi, dengan segera akan diberi tau tentang diterimanja atau tidak, untuk menjadi peladjar.
- Sesudah peladjar2 jg diterima datang di Bangil, akan diadakan pemeriksaan dokter, lalu diadakan perdjandjian2 atas kesanggupan2 dan sjarat2 diatas, djika dipandang perlu.
- Guru-gurunja:
2. Abdulkadir Hassan.
3. Abdullah Djalal, guru bahasa ‘Arab.
4. A. Ismail, guru bahasa Inggeris.
5. Hadikaslar, guru umum
PANITIA PENYELENGGARA
Demikianlah, PESANTREN PUTERA th. 1951 ini berdjalan dengan lantjar sampai September th. 1955.
KE – MESIR
Setelah peladjar2 itu tammat, lalu dalam bulan Oktober 1955, dapatlah dikirim 21 peladjar ke Azhar di Mesir.
Mereka sampai sekarang (1960) masih berada di Mesir, menduduki berbagai Perguruan Tinggi. Ada jang di “Kullijah Ushuluddin”, ada jang di “Darul Ulum”, ada jang di “Kullijah Sjari’ah”, ada jg di “Kullijah Lughah” dan ada jang di “Ma’had Islamijah”.
Mereka jang berangkat ke Mesir berdjumlah 21 peladjar, berangkat dari Djakarta tgl. 15-10-1955.
PESANTREN PUTERA Th. 1956
Sesudah angkatan kedua itu ke Mesir, lalu dalam tahun 1956 kami adakan angkatan jang ketiga jang berdjumlah kl. 65 orang peladjar dari berbagai pelosok kepulauan Indonesia.
Sifat, sjarat2 dan keadaannja tidak berbeda dengan angkatan II, hanja jang ketiga ini agak lebih teratur dari angatakan2 jang sebelumnya.
Angkatan ketiga ini masih berdjalan menammatkan peladjaran jang tinggal dua tahun lagi.
Sebagaimana angkatan kedua, maka angkatan jg ketiga inipun berdiam dalam asrama PESANTREN PERSIS.
Asrama PESANTREN PUTERA itu didirikan atas bantuan dari Jajasan Social Islam Djakarta dan 2 kali bantuan dari Jajasan “Dana Bantuan” Kementerian Social, Djakarta.
PESANTREN PUTERI PERSIS
Lama kami bertjita2 menghidupkan kembali PESANTREN PUTERI jang terhenti pada permulaan th. 1942 karena peperangan dunia jang kedua itu, tetapi selalu terbentur dengan beberapa halangan materiaal.
Karena desakan dan andjuran dari Al-Ustadz A. Hassan atas permintaan beberapa banjak sdr. jang menaruh minat kepada adanja sebuah PESANTREN bagian puteri, maka dalam bulan September 1957 kami buka kembali PESANTREN PUTERI itu, dengan kl. 12 orang murid.
Mereka ini semua dari Bangil. Sesudah berdjalan beberapa bulan, lalu datang beberapa peladjar puteri dari luar Bangil.
Tempat beladjar mereka ialah disebuah rumah sewaan, bukan asrama.
Lalu dalam bulan Desember 1957, dapatlah kami membentuk sebuah Panitia dengan nama PANITIA PENJELENGGARA PESANTREN PUTERI JAJASAN PERSATUAN ISLAM BANGIL, jang susunan pengurusnja sbb:
Ketua : Sdr. Mohd. Bedjo, Malang
Penulis : Sdr. Abdulkadir Hassan, Bangil.
Bendahara : Sdr. Al-Ustadz A. Hassan, Bangil.
Penasehat2 dan Pembantu2-nja:
1. Sdr. Hadji Mohd. Natsir, Djakarta
2. Sdr. Raden Prawirokoesoemo, Wedana Bangil.
3. Sdr. Dr. Mohd. Soewandhi, Surabaja.
4. Sdr. Dr. Hadji Aminudin, Malang.
5. Sdr. Dr. Hadji Koesnadi, Bondowoso.
6. Sdr. Dr. Paryana, Semarang.
7. Sdr. Dr. Abdul Rahem, Situbondo.
8. Sdr. Dr. Raden Mas Sukasno, Bangil.
9. Sdr. Ir. Ibrahim, Gresik.
10. Sdr. Abdul Gapar Wirjosudibjo, Malang.
11. Sdr. Abdul Rahim Bahannan, Malang.
12. Sdr. Hadji Abdul Karim, Surabaja.
13. Sdr. Radjab Ghani, Surabaja.
14. Sdr. Abdullah Nabhan, Bangil.
15. Sdri. Njonja A.R.C. Salim, Malang.
16. Sdri. Njonja Bahruddin, Malang.
Panitia ini bekerdja dengan tenang mentjari djalan bagaimana supaja asrama PESANTREN PUTERI itu dapat dibangun. Diantara usahanja, ialah memadjukan permohonan kepada Jajaxan “DANA BANTUAN” Djakarta. Permohonan ini belum berhasil.
Dalam pada itu Al-Ustadz A. Hassan telah MEWAKAFKAN SEBIDANG TANAH SELUAS 100 X 70 M2 DAN 4.000 buah kitab Tafsir “AL-FURQAN” sebagai pendorong untuk pembangunan asrama tersebut.
Tanah Wakaf itu semula belum dapat dipakai, karena masih ada orang jang tinggal disitu.
Tiba2 tgl. 4 Djanuari 1960 barulah dapat dikeluarkan penghuninja dari tanah wakaf tersebut.
Maka dari sedjak itu, mulailah dilaksanakan pembangunan asrama tersebut dengan kekuatan uang jang ada, jaitu harga pendjualan Al-Furqan tsb. dan derma uang dari Sdr. Ahmad Padang, Malang, dan dari Sdr.2 Surabaja, bersama derma semen.
Sambil bekerdja itu kami ta’ putus2-nja mentjari derma dengan surat2 dan dengan didatangi beberapa Sdr. jang kami pandang dapat menolong, dibeberapa daerah. Usaha kami ini mendapat sambutan jg menjenangkan sehingga pembangunan asrama dapat terus berdjalan.
Dengan ringkas dapat kami simpulkan uang jg kami dapat sampai 30-06-1960, demikian:
1. harga 4.000 Al-Furqan dari Al-Ustadz A. Hassan 300.000,--
2. dari sdr. Ahmad Padang, Malang 40.000,--
3. dari N. N. Surabaja 50.000,--
4. 250 zak semen dari N. N. 29.750,--
5. dari sdr. Noor, Djakarta 40.000,--
6. dari G.K.B.I. Djakarta 50.000,--
7. dari sdr. A. Salam, Bangil 55.000,--
8. dari sdr. Bin Hadi, Surabaja 15.000,--
9. dari sdr. M. Ba’abdullah, Bangil 10.000,--
10. dari sdr. S. Nabhan, Surabaja 10.000,--
11. dari keluarga A. Hassan 35.000,--
12. dari sdr. Nawawi, Bandung 5.000,--
13. dari sdr. A. Rahim, Bangil 5.000,--
14. dari sdr. A. Nabhan, Bangil 10.000,--
15. dari sdr. Ali Mukarram, Bangil 7.500,--
16. dari sdr. Al-Ibrahim Baswedan, Surabaja 10.000,--
17. dari sdr. S.A. Rahib, Bogor 5.000,--
18. dari sdr. Abdullah Soerati, Surabaja 6.630,25
19. dari beberapa sdr2 dengan perantaraan wesel, orang, dan dengan didatangi, berdjumlah 300.000,-
Dengan uang bantuan, derma dan zakat tsb., satu bagian dari PESANTREN PUTERI itu sudah dapat kami bangun, jaitu : ruang makan, gudang, dapur, tempat djemuran, kamar2 mandi, djamban2, jg sekalian ini kl. seluas 350 M2, dan ruang2 beladjar seluas kl 400 M2 bertingkat dua dengan 12 ruang. Bagian jg lain2-nja masih terus dalam usaha. Diharapkan lekas dapat selesai, maka rentjana biajanja adalah sebesar Rp. 11.000.000,- (sebelas djuta rupiah).
TUJUAN PESANTREN PUTERI
Melihat kepada kekurangan pendidikan Agama diantara kaum wanita, terutama wanita Muslimin, maka PESANTREN PUTERI bertudjuan sebagaimana tudjuan PESANTREN PUTERA, jaitu mendidik puteri2 muslimi menjadi guru2 dan penjiar Agama jang sanggup dan mampu berhadapan dengan masjarakat.
KETENTUAN DAN SJARAT PENERIMAAN PELADJAR
Ketentuan2, dan sjarat2 diterimanja seorang puteri mendjadi peladjar di PESANTREN PUTERI PERSIS, adalah sebagai berikut:
1. LAMA PELAJARAN : 5 (lima) th., dg ketentuan:
a. satu tahun untuk persiapan.
b. 4 tahun untuk ladjutan.
2. PELADJARANNYA : 70% Agama dan 30% umum
a. Agama: Semua ilmu jang bersangkut-paut dengan Agama Islam, jaitu:
Qira’atul al-Qur’an dan tadjwid, Tafsir, Fiqih, Ushul Fiqih, Musthalah Hadits, Faraidh, Nahwu, Sharaf,
Bahasa Arab, Tarikh, Al-Urudh, Manthiq, Tauhid.
b. Umum : Al-Djabar, Ilmu alam, Ilmu Hajat, Tatanegara/Organisasi, Ilmu Bumi, Bahasa Inggeris, Bahasa
Indonesia, Pendidikan, Ilmu Djiwa, Kewanitaan.
3. SJARAT PELADJAR
a. Berumur tidak kurang dari 13 tahun.
b. berpendidikan Sekolah Rakjat atau jang sederadjat dengannja.
c. dapat menulis dan membatja huruf Arab sekedarnya.
d. sanggup mentha’ati peraturan2/tatatertib2 PESANTREN PUTERI, diantaranja soal pakaian dan
pergaulan.
e. harus tinggal dalam asarama.
4. PEMBAJARAN
a. pertama masuk Rp. 150,- (seratus lima puluh rupiah) sebagai uang perlengkapan.
b. tiap bulan Rp. 250,- (dua ratus lima puluh rupiah) uang asarama (termasuk: uang sekolah, makan,
minum, dan tjutjian).
c. buku2 peladjaran, peladjar harus membeli sendiri (tidak termasuk dalam Rp. 250,- itu). Buku2
peladjarannja akan disediakan PESANTREN.
5. PENERIMAAN PELADJAR
Tahun peladjaran PESANTREN PUTERI adalah 1 Muharram. Sebelum ke Bangil, harap berhubungan dengan pengurus.
GURU-GURU PESANTREN PUTERI
Sementara jang sudah berdjalan dua tahun, guru-guru PESANTREN PUTERI, adalah guru-guru dari
PESANTREN PUTERA
Sesudah anak-anak masuk diasrama nanti, kami akan adakan guru perempuan.
GURU-GURU PESANTREN
Berikut ini kami tjantumkan nama2 guru2 jang sedang dan pernah mengadjar di PESANTREN kami:
1. A. Hassan
2. Sjamsuddin (guru sekolah Normal)
3. Hadji Muhammad Natsir (A.M.S)
4. R. Abdulkadir (dari sekolah Technik)
5. Muhammad Ali Al-Hamidy
6. Awad Al-Kasadi (Al-Irsjad)
7. Abdulkadir Hassan
8. Abdul Madjid At-Tamimi (Al-Irsjad)
9. Muslim (dari Kweekschool)
10. Hadikaslar (dari sekolah Guru)
11. Moh. Siradj (dari Taman Siswa)
12. Abdul Djalal Al-Makky (Surabaja)
13. Abdurrab At-Tamimi (dari Malaya)
14. Arifin (dari S.M.A)
15. Muchtar Djalal (dari S.G.H.A)
16. H. Abubakar Husain (dari Bima)
17. Umar Basjaib (dari Al-Irsjad)
18. Paryono (guru S.G.B)
19. Asmad Soengkono (Djaksa)
20. Hidajat Nur (guru P.G.A.A.)
21. Kiai H. Azhari Rawi
22. Manshur Hassan
------------------------------------------------
Diketik ulang oleh Fadelan Staf Pengurus Pesantren Persis Putra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar