Bisik-Bisik Jurnalistik
|
Serius: Paparan narasumber |
Isitilah BISTIK (Bisik-Bisik Jurnalistik) merupakan reka-reka panitia agar acara ini lebih berkesan santai, tapi tetap bermanfaat. Karena pesertanya beberapa waktu yang lalu sibuk dengan ujian dan segenap persiapan lainnya. Kemasan acara yang dialogis dan friendly memang dibuat agar santri tidak merasakan kejenuhan. Kegiatan jurnalistik memang asyik. Keasyikan itu dirasakan santri pada Ahad (13/5/2012). Santri kelas 6 dan kelas 3 diberi kesempatan untuk mengikuti acara ini di ruang perpustakaan. "Apa gaya penulisan jurnalistik dengan buku ada perbedaan?", tanya Adnin Zahir salah satu peserta kelas 6.
|
Reward: Ikuti jejaknya |
Dalam suasana familiar, narasumber yang juga editor buku penerbit Al-Kautsar memberikan jawaban yang sangat baik. "Jelas ada bedanya. Karena gaya tulisan jurnalistik sifatnya berita. Baik pemberitaan langsung atau tidak langsung. Untuk itu, antara gaya penulisan buku dengan wartawan punya ciri khas masing-masing. Adapun buku cenderung banyak penjelasan. Sementara gaya jurnalis singkat dan padat", ungkapnya.
|
Dialogis: Tunjukkan karyamu |
Artawijaya dalam paparannya mengungkapkan sejumlah tantangan media massa Islam masa kini. Alumni Pesantren Persis Putra 1997 ini menjabarkan bagaimana umat Islam harus bangkit membangun jaringan media Islam yang kuat. Langkah-langkahnya dibangun dari basis kekuatan Islam di Pesantren. "Kultur menulis di Pesantren Persis Bangil harus dijaga. Karena para pendahulu kita sangat produktif dalam menulis", tutur penulis buku Jaringan Yahudi Internasional di Indonesia.
|
Fotografi: Serius, menghasilkan |
Mantan wartawan majalah Islam Sabili dalam "BISTIK" berdampingan dengan Muhammad Yusuf Shaleh, Lc, mahasiswa S2 Universitas Muhammadiyah Malang sebagai moderator. Narasumber kedua adalah Haqqi 'Hakey' Mahfudz, alumni Al-Azhar University of Cairo, Egypt dengan materi Dasar-Dasar Fotografi Jurnalistik. Di sesi akhir, narasumber memberi reward bagi salah seorang peserta yang sanggup menjawab pertanyaan dengan benar. Alhasil, Adnin Zahir mendapat hadiah sebuah buku karya Artawijaya.
Acara serupa juga dilaksanakan di Pesantren Persis Putri. Materi yang disajikan juga tidak berbeda. Hanya saja peserta yang ikut serta tentu dari kalangan santri putri dan beberapa pengurus asrama. Ruang perpustakaan menjadi saksi diselenggarakannya BISTIK. Paparan dasar-dasar fotografi membuat santri antusias menyimaknya. Maklum, sajian foto-foto yang ditampilkan dan penjelasannya full colour.
|
Reward: Mana karyamu? |
Kontributor media online voa al-islam.com menyajikan pula tips wawancara cerdas. "Ketika kita wawancara, maka kita harus tahu apa yang hendak ingin kita ketahui", katanya. Jangan sampai saat wawancara kita kebingungan lantaran tidak fokus terhadap apa yang hendak kita gali informasinya. Demikian pula dengan fotografi jurnalistik. Kalau hendak membidik tokoh, maka seutuhnya fokus terhadap obyek tertuju. Jangan sampai justru tokoh yang akan kita ambil gambarnya malah kelihatan separuh atau gambar tidak fokus.
Tradisi di Pesantren Persis Bangil yang lekat dengan menulis sejatinya tidak lahir begitu saja. Mereka yang telah berkarya boleh dibilang memiliki fokus yang kuat. Kesungguhan dalam menekuni dunia tulis menulis memberikan pelajaran bagi kita semua tentang pentingnya konsisten dalam beramal. "Dan santri-santri pesantren diberikan bekal dasar-dasar semacam ini agar mereka sanggup mengembangkan ketika sudah terjun di masyarakat", kata salah seorang ustadz yang enggan disebut namanya.
|
Reward: Semoga bermanfaat |
Suasana hujan yang menyejukkan mendukung acara berlangsung dengan nyaman. Angin yang berembus sesekali membawa hawa air hujan ke dalam ruangan. Dan di akhir acara, narasumber memberikan hadiah 2 buah buku karyanya. "Alhamdulillah, santri-santri kita antusias. Tinggal dilanjutkan kegiatan mereka yang konkret dengan dunia tulis menulis", pesannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar