Selasa, 19 Juli 2011

PENERIMAAN SANTRI BARU

STATISTIK MENURUN SANTRI BARU 2011-2012

Angka penerimaan santri baru tahun ini belum memenuhi kuota tempat yang tersedia. Baik pesantren putra maupun putri jumlah santri yang resmi masuk boleh dikatakan menurun. Menurut sumber Panitia Penerimaan Santri Baru Tahun Pelajaran 2011-2012 jumlah santri kelas 1 putra ada 14 orang sedang kelas Takhashush berjumlah 4 orang. Di pesantren putri terhitung 53 santri kelas 1 dan 17 santri kelas Takhashush, termasuk Illiya' putri Ustadz Hud Abdullah Musa (Allahu yarham) tercatat masuk di kelas tersebut. 

Gejala penurunan angka penerimaan santri baru sudah dirasakan sejumlah kalangan beberapa tahun terakhir. Beberapa tahun silam lokal ruang yang terisi di pesantren putra ada 9 kelas. Terdiri dari kelas 1 hingga kelas 3 ada 6 rombongan belajar. Kelas 4,5, dan 6 masing-masing satu rombongan belajar. Total ada 9 kelas terpakai kegiatan formal klasikal.

Deskripsi sejarah pada tahun 1995 jumlah penerimaan santri putra masih di atas angka 80 orang. Sementara di putri jelas lebih dari itu. Angka pastinya penulis belum melihat data penerimaan santri baru tahun tersebut. Namun bisa dipastikan jauh lebih banyak dari pesantren putra.

Tahun 1995 hingga 2011 terhitung enam belas tahun berlalu kondisi yang ada bisa dibaca. Statistik penurunan yang terus bergerak mendekati angka-angka yang dikhawatirkan. Ketatnya persaingan dunia pendidikan boleh dijadikan alasan atas menurunnya jumlah santri baru. Demikian pula argumentasi tren pergeseran orientasi orang tua yang 'lebih tenang' menyekolahkan anaknya di SMK atau yang sejenisnya. Mungkin juga dalih-dalih lain yang bisa membuat akal bersedia menerima argumen itu. Sehingga keadaan semacam ini harus sama-sama dimaklumi.

Inikah jati diri pesantren yang gaungnya pernah menggetarkan? Karya-karyanya mendunia? Alumni-alumninya tersebar ke mana-mana? Pengaruhnya ada di mana-mana?

Menurut sebagian pemerhati pendidikan kondisi semacam ini boleh dikatakan dialami setiap lembaga pendidikan. Namun, hal itu kadang disikapi sebagian lembaga sebagai topeng untuk menutupi kelemahan dirinya. Lembaga yang berpikiran maju tentu akan segera mengambil sikap yang jelas. Menginventarisir persoalan yang ada. Kemudian menentukan skala prioritas problem solving. Merumuskan masalah dari skala prioritas itu. Dan melakukan berbagai pertimbangan dan kajian. Bergerak melangkah menuju perubahan yang lebih baik. Karena taghyir adalah sebuah keharusan 'wajib 'ain' bagi siapa saja yang ingin merasakan 'sensasi' perjuangan dan pengorbanan. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.