Rabu, 31 Agustus 2016

BAHAGIA DUNIA DAN AKHIRAT

Muqaddimah :
Islam satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah dan hadir sebagai penyempurna seluruh ajaran yang dibawa oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara salah satu karakteristik dari agama Islam adalah syumuliyah (universal), keuniversalan Islam tidak hanya terbatas mengatur masalah ubudiyah semata, melainkan mengatur seluruh sendi kehidupan, termasuk dalam masalah keduniaan yang sering disebut dengan istilah muamalah.
Hadirnya Islam dengan mengatur hal ubudiyah dan mu’amalah bertujuan untuk mengantarkan pemeluknya meraih kesuksesan hakiki, yang dalam kacamata Islam kesuksesan hakiki itu adalah kala kelak dimasukkan ke surga dan dijauhkan dari neraka serta mendapatkan kenikmatan dapat melihat Allah Yang Maha Mulia, sebagaimana terekam dalam firman Allah di surat Al Imran ayat 185 :
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Tips meraih kebahagiaan hakiki :
Saudaraku seiman yang dirahmati Allah Azza wa Jalla ...
Pertanyaannya adalah bagaimana cara kita meraih kebahagiaan yang hakiki itu ?. Karena Islam datang dengan membawa konsep yang sangat jelas sebab Al Qur’an yang menjadi pedoman hidupnya berfungsi sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Oleh karena itu menurut hemat penulis kunci utamanya adalah melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauh dari larangan-larangan-Nya atau yang sering disebut dengan istilah taqwa, karena itu Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 197 :
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
Berbekalah, karena sebaik-baik bekal adalah taqwa, (karena itu) bertaqwalah kalian kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal’.
Sebagai penunjang utama agar kita mampu merealisasikan ketaqwaan dan berkontribusi terhadap kebaikan dan amal shalih adalah harta, karena itu Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al Qashash ayat 77 :
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ  
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Untuk meraih harta yang berkah terdapat kaidah dan aturan yang dibakukan oleh Agama Islam  yang lebih dikenang dengan bahasa mu’amalah maaliyah.
Kaum muslimin rahimakumullah ...
Pada ayat di atas terkandung beberapa seruan Allah Ta’ala, pertama : berorientasi pada kehidupan akhirat yang terbaik, kedua : Tidak boleh melupakan dunia (tawazun antara orientasi akhirat dan dunia tanpa dipisahkan), ketiga : Berbuat ihsan¸ keempat : Tidak diperbolehkan berbuat kerusakan di muka bumi.
Saudaraku yang dicintai Allah Azza wa Jalla ...
Mari sejenak kita uraikan seruan Allah Azza wa Jalla pada ayat di atas :
1. Kunci sukses dimulai dari orientasi menggapai kehidupan terbaik di akhirat kelak, dan ini bermula dari keimanan kita yang bersih dari noda syirik lantas dibuktikan dengan amal kebaikan, sebagaimana seruan Allah dalam surat Al Kahfi di ayat 110 :
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku : "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Sebab kesyirikan awal petaka bagi siapapun, sebagaimana firman Allah Ta’ala di surat Al Zumar ayat 65 – 66 :
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur".
2. Dunia (harta) tidak boleh dilupakan, melainkan dijadikan sebagai sarana pendukung dan penopang tuk meraih kebahagiaan yang hakiki, karena itu dalam mencari harta harus taat terhadap ketentuan Allah Ta’ala, sebab sedikit saja ada harta yang tidak halal yang dikonsumsi maka akan berdampak pada tidak terkabulkannya permohonan kita, bahkan sebagai sarana utama menjerumuskan penikmatnya ke jurang neraka, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut :
يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ وَالصَّلَاةُ قُرْبَانٌ أَوْ قَالَ بُرْهَانٌ يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ النَّارُ أَوْلَى بِهِ يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ النَّاسُ غَادِيَانِ فَمُبْتَاعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا وَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُوبِقُهَا
Wahai Ka’ab bin Ujrah radhiyallahu anhu, puasa itu benteng, shadaqah itu menghapus kesalahan, ibadah shalat merupakan sarana mendekatkan diri kepada Allah atau bukti keimanan, wahai Ka’ab bin Ujroh, sungguh tidak masuk surga daging yang tumbuh dari kemurkaan, neraka lebih layak untuk menjadi tempat kembalinya, wahai Ka’ab bin Ujrah orang yang membeli dirinya sesungguhnya dialah yang memerdekakan dan yang menjual dirinya dialah yang membinasakannya. (HR. Ahmad, AL Turmudzi, Ibnu Hibban, Al Baihaqi dan Al Thabrani, oleh Syeikh Al Arnauth dinyatakan haditsnya hasan sedang Syeikh Al Albani menyatakan haditsnya shahih).
Dalam hadits yang lain dinyatakan bahwa makanan tidak halal menjadi penghalang terkabulnya doa, sebagaimana hadits berikut ini :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ الطَّيِّبَ وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ قَالَ (يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ ، وَقَدْ غُذِّىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ ».
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata : “ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘ Sesungguhnya Allah itu bagus, tidak menerima kecuali yang bagus, dan sungguh Allah Ta’ala telah memerintahkan orang-orang mukmin sebagaimana yang Allah perintahkan kepada para utusannya, (perintah Allah) adalah : ‘ Wahai para rasulu, makanlah kalian dari yang baik-baik dan beramallah kebaikan karena sesungguhnya Aku dengan apa yang kalian kerjakan sangat mengetahuinya’, dan firman Allah lainnya : ‘ Wahai orang-orang yang beriman, makanlah kalian rizki-rizki yang terbaikan yang Kami karuniakan kepada kalian’, kemudian beliau menuturkan seseorang yang menempuh perjalanan jauh dengan pakaian lusu dan berdebu, lantas ia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa : Wahai Tuhan, wahai Tuhan, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan disuplai kebutuhan dengan yang haram, mana mungkin doanya dikabulkan ?’, (HR. Muslim dan Al Baihaqi dalam sunan Al Kubra).
Dalam mencari harta (kasbul ma’isyah) umat Islam harus jeli agar tidak terjerumus pada hal yang diharamkan oleh Allah bahkan menjadi penyeret utama ke jurang neraka, karena itu agama Islam melarang pemeluknya untuk menginvestasikan dan mengembangkan ekonomi dengan konsep ribawi, karena konsep pengembangan ekonomi berbasis ribawi telah dinyatakan dengan tegas oleh Al Qur’an akan keharamanannya sebagaimana tertuang dalam surat Al Baqarah ayat 275 :
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila, keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba’..
Dalam ayat yang lain tepat di ayat 276 Allah menyatakan bahwa pengembangan ekonomi berbasis ribawi tidak akan membawa keberkahan :
Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah, dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan harta riba, sebagaimana termaktub dalam hadits berikut ini :
عَنْ جَابِرٍ - رضي الله عنه - قَالَ: - لَعَنَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - آكِلَ اَلرِّبَا, وَمُوكِلَهُ, وَكَاتِبَهُ, وَشَاهِدَيْهِ, وَقَالَ: " هُمْ سَوَاءٌ " - رَوَاهُ مُسْلِمٌ .
Dari Jabir radhiyallahu anhu, ia berkata : ‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba, yang mengembangkan praktek riba, kedua pencatatnya (notarisnya) dan kedua saksi (terlaksananya konsep ribawi), semuanya mereka sama (kedudukan hukumnya). (HR. Muslim).
Kaum muslimin yang dirahmati Allah ….
Jika kita merenungkan beberapa ayat Al Qur’an yang terdapat dalam surat Al Baqarah mulai ayat 275 hingga ayat 279 dapat kita simpulkan dengan kesimpulan berikut ini :
 Pertama, meninggalkan konsep pengembangan ekonomi berbasis riba seakan akan menjadi “syarat” agar kita tetap dikatakan mukmin yang sebenar-benarnya, hal ini Allah nyatakan dalam Surah Al-Baqarah ayat 278 :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsir Al Qur’an Al Adhiem menyatakan : ‘ Allah Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk bertaqwa kepada-Nya dan melarang mereka untuk melakukan hal-hal yang mendekatkan mereka pada kemurkaan-Nya dan menjauhkan mereka dari menggapai ridha-Nya, seraya berfirman : ‘ Ya ayyuhal ladzina aamanuu ittaqullaha yakni takutlah kalian kepada-Nya dan terus tanamkan pengawasan-Nya terhadap apa yang kalian kerjakan’, (wa dzaruu maa baqiya min al ribaa) : yakni tinggalkanlah tambahan dari harta pokok yang kalian ambil dari manusia setelah datangnya peringatan ini’, (in kuntum mukminiin) : yakni jika kalian benar-benar beriman dengan apa yang telah Allah Ta’ala syariatkan kepada kalian berupa dihalalkannya jual beli dan diharamkannya konsep riba dan lain sebagainya”.
Kedua, pebisnis dengan konsep ribawi telah dinyatakan sebagai orang yang menantang atau berani menyatakan perang melawan Allah dan Rasul-Nya. Hal ini dikemukakan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, surah Al-Baqarah ayat 279 :
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu..
Di dalam ayat ini, Allah SWT mengumumkan perang terhadap para pelaku riba. Orang yang tetap saja bertransaksi bisnis dengan menggunakan konsep riba, sama saja dengan orang yang berani menghadapi, bahkan menantang perang dari Allah dan Rasul-Nya. (Naudzubillahi min dzalik).
Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan : ‘ Ini merupakan ancaman yang sangat pedas dan tegas bagi siapa saja yang terus melanjutkan pengembangan bisnisnya berbasis riba setelah turunnya peringatan di atas’.
Ketiga, pelaku riba diancam dengan siksa yang mengekalkan di neraka, sebagaimana terungkap dalam firman Allah Ta’ala di akhir surah Al-Baqarah ayat 275 :
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.   
Subhanallah …. Sungguh luar biasa ancaman Allah Ta’ala ini, mari kita renungkan ancaman Allah kepada penggiat ekonomi ribawai adalah kekal di neraka, padahal kekal di surga adalah merupakan harapan terbesar kita semua.
Saudaraku yang disayangi Allah …. Jika kita merenungkan hal-hal yang diharamkan oleh Allah yang paling banyak dikenal orang, yakni makan babi tidak diancam kekal di neraka sebagaimana yang disebutkan Al Qur’an terhadap pelaku konsep ribawi siapapun dia, diancam dengan azab neraka yang kekal. SubhanaLlah. Kita berlindung kepada Allah dari adzab yang demikian hebat.
Kaum muslimin rahimakumullah ....
3. Kunci meraih kebahagian yang ketiga adalah berbuat ihsan, salah satu contoh perbuatan ihsan adalahseperti  yang dilakukan oleh istri Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, ketika bertanya kepada Rasulullah akan kebiasaannya membantu ekonomi keluarga karena pendapatan suami tidak mencukupi kebutuhan keluarga, maka Nabi menyatakan bahwa itu adalah perbuatan ihsan istri kepada suami.
4. Kunci meraih kebahagiaan yang hakiki adalah tidak melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan menjaga ekosistem yang telah diciptakan oleh Allah Ta’ala, karena ketika ekosistem tidak kita jaga maka yang terjadi adalah mara bahaya, sebagaimana firman Allah Ta’ala di surat Al Ruum ayat 41 :
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Ikhtitam :
Kaum muslimin yang dirahmati Allah ... Kunci-kunci yng disampaikan oleh Allah Azza wa Jalla terang dan gamblang, akhirnya berpulang kepada kita, akankah kita mengamalkannya atau justru menjauh dari aturannya ? karena hidup adalah pilihan, siapa yang memilih jalan ketaatan maka sarana kebahagiaan terbentang luas, begitu juga sebaliknya. Wallahu a’lam 
(Imam Mudzakir, Lc).




1 komentar:

  1. Alhamdulillah Artikelnya bisa menjadi ilmu tambhan bagi kita semua... semoga Setiap hari Ketaqwaan maupun keimanan kita bisa bertambah...

    BalasHapus

.