Gambar hanya ilustrasi
Anak-anakku. Mungkin ada yang membisikkan dalam jiwamu. Ada
rasa di dada, “Tak ada yang memerhatikan kebaikanku!”, dan hasilnya bisa jadi
terjadi kecewa dan putus asa. Hatimu pasti akan dirundung sedih dan berduka.
Sedih rasanya, perih di jiwa, sepertinya tak ada obatnya. Kebaikan-kebaikan
yang diukir sirna seperti tak ada bekasnya. Sedih lagi dan sedih lagi jika mengingatnya.
Anak-anakku. Demikian pedihnya perasaan di jiwa hingga
seorang bisa lupa diri, hilang ingatan, dan melakukan perbuatan yang
menghancurkan dirinya sendiri. Na’udzubillah min dzalik. Kita berlindung kepada
Allah ‘Azza wa Jalla dari perbuatan seperti itu. Kita memohon hanya kepada-Nya
agar dijauhkan dari sikap merusak dan menghancurkan diri sendiri.
Ank-anakku. Simaklah perhatian yang kau risaukan. Bukankah
Allah ‘Azza wa Jalla memberimu akal pikiran, pendengaran, dan juga penglihatan?
Tidakkah kau rasakan itulah anugrah perhatian-Nya kepada semua hamba? Tidakkah
saat kebaikan yang dilakukan dengan tulus akan mendatangkan ridha-Nya. Dan
ridha-Nya adalah nikmat yang tiada tara. Maka perhatian manusia sesungguhnya
tiada artinya dibanding dengan keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla yang menguasai
langit dan bumi.
Maka jangan pernah merasa kecewa dan berduka bila kebaikan
yang dilakukan seolah tidak ada guna dan manfaat bagi orang lain. Jangan sedih
kalau kebaikan gagasan kreatif yang dilakukan tidak mendapat apresiasi yang
layak. Jangan membuat pra sangka diri bahwa perhatian manusia penting untuk
didapat. Apresiasi manusia hanya sebatas ungkapan terimakasih atas kebaikan
yang terjadi. Namun hakikat apresiasi yang sejati adalah dari Allah ‘Azza wa
Jalla. Dia-lah yang memiliki semua, kerajaan langit dan bumi. Penguasa daratan
dan lautan. Semua tunduk dan patuh hanya kepada-Nya. Buatlah dirimu menjadi
orang yang tak pernah merasa tidak mendapat perhatian. Karena perhatian yang
sesungguhnya hanyalah kita dapatkan dari Allah Ta’ala saat ketulusan dan
kemurnian kita pegang seutuhnya.